Rabu, 10 November 2010

MEMBANGUN RASA PERCAYA DIRI

KEPERCAYAAN DIRI (SELF CONFIDENCE)
Percaya diri adalah keberanian yang datang dari kepastian tentang kemampuan, nilai-nilai dan tujuan diri kita. Atau juga bisa didefinisikan sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri alias “sakti”. Rasa percaya diri yang kuat sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tsb dimana dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi actual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Banyak ahli menilai bahwa percaya diri merupakan factor penting yang menimbulkan perbedaan besar antara sukses dangagal.
A. Ciri-ciri Individu yang Percaya Diri.
Beberapa cirri individu yang memiliki rasa percaya diri yang proporsional, diantaranya adalah “
Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun penghormatan orang lain,
Tidak terdorong untuk menun jukan sikap konformis (mengorbabnkan hal-hal yang prinsip) demi diterima oleh orang lain/kelompok.
Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain 9tidak jatuh mental), berani menjadi diri sendiri.
Punya pengendalian diri yang baik, tidak moody dan emosinya stabil,
Memiliki Internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/mengharapakan bantuan orang lain)
Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain dan situasi luar dirinya.
Memiliki harapan yang realistic terhadap diri sendiri, shg ketika harapan itu tidak terwujud, dia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.
B. Karakteristik Individu yang Kurang Percaya Diri
· Berusaha menunjukan sikap monformis, semata-mata demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok.
· Menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan.
· Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan diri) dan memandang rendah kemampuan diri sendiri, namun dilain pihak memasang harapan yang tidak realistic terhadap diri sendiri.
· Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negative.
· Takut gagal, shg menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil.
· Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus, karena undervalue (memandang rendah) diri sendiri
· Selalu menempatkan dirinya sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu dan takut.
· Mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangat tergantung pada keadaan dan penerimaan/pengakuan serta bantuan orang lain.
C. Memupuk Rasa Percaya Diri (Dari Sudut Pandang Psikologi)
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat Bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Beberapa saran mungkin layak menjadi pertimbangan jika anda sedang mengalami krisis kepercayaan diri.
1. Evaluasi diri secara obyektif.Belajar menilai diri secara obyektif dan jujur.
Susunlah daftar “kekayaan” pribadi, spt prestasi yg sudah diraih, sifat-sifat positif, potensi diri baik yang sudah diaktualisasikan maupun yang belum, keahlian yg dimiliki, serta kesempatan atau sarana yg mendukung kemajuan diri. Sadari asset-aset berharga anda dan temukan asset yg belum dikembangkan. pelajari kendala yg selama ini menghalangi pengembangan diri anda, seperti : pola berpikir yg keliru, niat dan motivasi yg lemah, kurangnya disiplin diri dan kurangnya ketekunan dan kesabaran, tergantung pada bantuan orang lain, atau sebab-sebab eksternal lainnya. Hasil analisa danpemetaan terhadap SWOT (strength), (Weakness), (Opportunities) dan (threats) diri kemudian gunakan untuk membuat dan menerapkan strategi pengembangan diri yg lebih realistic.
2. Beri penghargaan yg jujur terhadap diri sendiri.
Sadari dan hargailah sekecil apapun keberhasilan dan potensi yang anda miliki. Ingatlah bahwa semua ini didapat melalui proses belajar, ber-evolusi dan transformasi diri sejak dulu hingga kini. Mengabaikan/meremehkan satu saja presatasi yg pernah diraih, berarti mengabaikan atau menghilangkan satu jejak yg membantu anda menemukan jalan yg tepat menuju masa depan. Ketidakmampuan menhgargai diri sendiri, mendorong munculnya keinginan yg tidak realistic dan berlebihan, contoh: ingin cepat kaya, ingin cepat popular dengan menghalalkan segala cara. Jika ditelaah lebih lanjut semua itu, sebernarnya bersumber dari rasa rendah diri yg kronis, penolakan terhadap diri sendiri, ketidakmampuan menghargai diri sendiri – hingga berusaha mati-matian menutupi keaslian diri sendiri.
3. Positif Thinking (husnudhon)
cobalah memrangi setiap asumsi, pasangka atau persepsi negative yg muncul dalam benak kita. Kita bisa katakana pd diri sendiri bahwa no body’s perfect (tidak ada seorangpun yg sempurna) dan it’s ok if I made a mistake. Jangan biarkan pikiran negative berlarut-larut kerana tanpa sadar pikiran itu akan terus berakar, bercabang dan berdaun. Jangan biarkan pikiran negative anda menguasai pikiran dan perasaan anda. Hati-hatilah agar masa depan anda tidak rusak karena keputusan kelitu yg dihasilkan oleh pikiran yg keliru. You ‘re what you think you’re!
4. Gunakan self affirmation (penguatan diri)
untuk memerangi negative thinking (su’udhon), gunakan self affirmation yaitu berupa kata-kata yg membangkitkan rasa percaya diri, spt:
Saya pasti bisa, dengaan izin Allah!
Saya penentu dari keputusan yg saya ambil dalam hidup saya, dan bukan orang lai!
Saya bisa belajar dari kesalahan ini, kesalahan ini sungguh menjadi pelajaran yg sangat berharga karena membantu saya memahami tantangan!
Saya bangga pada diri sendiri!
5. Berani mengambil resiko.
Berdasarkan pemahaman diri yg obyektif, seseorang bs memprediksi resiko setiap tantangan yg dihadapi. Dengan demikian, seseorang tidak perlu menghindari setiap resiko, melainkan berupaya untuk menghadapi dan mengatasi setiap resiko. Ingat : No risk, No gain (tidak ada resiko, tidak ada hasil).
6. Belajar mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan.
Ada sebuah ungkapan yaitu orang yg paling menderita hidupnya adalah orang yg tidak bisa mensykuri atas apa yang Allah berikan dalam hidupnya. Maksudnya, indivudu tsb tidak pernah berusaha melihat segala sesuatu dari kaca mata positif. Bahkan kehidupan yg dijalaninya selama inipun tidak dilihat sbg pemberian dari Allah. Akibatnya dia tidak bisa bersyukur atas semua berkat, kekayaan, prestasi, pekerjaan, keahlian, uang, keberhasilan, kegagalan serta berbagai pengalaman hidupnya.
7. Menetapkan tujuan yg realistic.
Anda perlu mengevaluasi tujuan-tujuan yg anda tetapkan selama ini apakah sudah relistik atau belum. Dengan menetapkan tujuan yg realistik maka akan memudahkan anda dalam mencapai tujuan tsb. Dengan demikian anda akan lebih percaya diri dlm menghadapi setiap tindakan dan keputusan di masa depan. Dengan banyak berhubungan/bergaul dg orang yg kuat percaya dirinya mk bs mempengaruhi rasa percaya diri sesorang shg menjadi kuat.
RASA PERCAYA DIRI DALAM DIMENSI AGAMA
Sebagai mahluq ciptaan Allah SWT yg paling mulia maka sudah sewajarnya bahwa kedudukan kita sama dihadapan Allah sehingga tidak pantas merasa hina (rendah diri) dihadapan manusia lain. Oleh karena itu dalam meningkatkan rasa percaya diri, dalam dimensi agama kita seharusnya:
1. selalu merasa besar hati dalam menghadapi segala permasalahan, tidak takut dan penuh rasa percaya diri dalam berkarya dan bertindak karena apapun hasilnya dimata Allah tetap mulia.
2. tahan uji dan tidak mudah putus asa karena sesungguhnya Allah beserta kita.
3. selalu berfikiran positif (husnudhon) dan menghindarkan diri dari prasangka negative (su’udhon).
4. selalu bersyukur terhadap nikmat Allah dan memanfaatkan nikmat tsb apa adanya tanpa harus mengeluh terhadap apa yg tidak diterimanya krn semuanya adalah qodar dari Allah yg harus diterima dg ridlo.
5. selalu berusaha memperbiki diri sendiri dalam segala urusan dan selalu berbuat yg terbaik dan berbuat untuk kebaikan semuanya.

MENGENAL DIRI SENDIRI
KEBENINGAN hati menciptakan kedamaian dan kebersamaan. Lalu, bagaimana kiat menuju kebeningan hati itu? Ikhtiar pembersihan hati harus dimulai dengan upaya memahami diri dan orang lain. Tanpa pemahaman dan pengenalan yang mendalam mustahil kita bisa terhindar dari kekotoran hati. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa sumber dari kiat mengelola kalbu (manajemen kalbu) adalah pengenalan diri.
Seseorang yang mampu mengendalikan perasaaan (emosinya) adalah orang yang bisa memahami siapa dirinya. Jadi, tentunya kita akan bisa mengendalikan diri begitu kita mengenalnya secara mendalam. Orang-orang yang terkadang tidak mampu mengendalikan dirinya, itu karena mereka merasa asing dengan dirinya sendiri. Lalu, bisa terjadi pada suatu masa mereka melakukan perbuatan maksiat dan keji, sementara mereka merasa melakukannya tanpa sadar.
Kunci pemahaman diri terletak pada hati. Hati bisa memperlihatkan secara jelas siapa diri kita dan bagaimana watak kita. Hati yang bersih, bening, dan jernih insya Allah bisa memperlihatkan kebersihan, kebeningan, dan kejernihan pada pribadi kita.
Untuk mengenal diri, kita tentu memulainya dari kedalaman diri kita sendiri -dari kedalaman kalbu atau apa yang disebut dengan nurani. Inilah yang sering dikenal dengan upaya introspeksi diri (muhasabah). Jadi, manusia mampu mengenal dirinya melalui satu proses pendalaman, bukan tiba-tiba saja bisa memahami dirinya. Proses introspeksi diri ini tentunya bisa berjalan efektif manakala kita mampu menata suasana hati, misalnya dalam keheningan dan dalam upaya keluar dari masalah-masalah yang membelit kita. Kita harus punya satu kepercayaan bahwa hanya kitalah yang bisa menolong diri kita sendiri.
1. Cermati potensi diri
Kita bisa mengenali potensi diri salah satunya melalui hubungan dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain akan memungkinkan munculnya kritik. Untuk itu, kita pun mengembangkan sikap terbuka terhadap kritik yang datang dari luar diri kita. Artinya, kita juga harus berprasangka baik (husnudzan) tentang apa yang orang katakan terhadap diri kita, karena merekalah yang mungkin lebih objektif melihat potensi-potensi dalam diri kita.
Cara paling praktis dalam upaya pengenalan diri ini adalah melalui hubungan yang harmonis dengan lingkungan terdekat, yaitu keluarga. Keakraban kita terhadap seluruh anggota keluarga memungkinkan ketidaksungkanan terlontarnya kritik terhadap diri kita.
Setelah lewat lingkungan keluarga, mulailah kita juga berhubungan secara harmonis dengan saudara, teman, tetangga, atau orang di dalam lingkungan pekerjaan. Mungkin di sini akan terasa lebih berat, karena keterbukaan kita akan mengalirkan kritik yang lebih hebat lagi. Kita harus siap untuk menahan kedongkolan dan kejengkelan karena mungkin saja orang-orang secara terang-terangan mengkritik diri kita. Namun, yakinlah bahwa proses ini insya Allah akan lebih membuat perkembangan emosi kita semakin baik dari hari ke hari.
Kritik adalah senjata ampuh untuk mengenal lebih jauh kelemahan diri kita. Alergi terhadap kritik berarti akan membuat tumbuh suburnya potensi negatif pada diri kita. Memang tidaklah mudah bagi seseorang menerima kritik, apalagi yang benar-benar menyakitkan. Ada kecenderungan bahwa kita ingin membela diri. Namun, jika kita memelihara penyakit alergi terhadap kritik, bersiaplah kita semakin asing terhadap diri kita sendiri. Kita benar-benar tidak yakin bahwa diri kita ini sombong, takabur, pelit, menyebalkan, atau mau menang sendiri.
Nah, bagaimana kita bisa benar-benar memperbaiki diri jika kita buta terhadap ketidaksempurnaan diri ini? Bagaimana mau membangkitkan semangat untuk senantiasa memperbaiki diri jika kita tidak mampu atau mau merasakan kelemahan diri kita?
Upaya-upaya memperbaiki diri akan efektif, jika kita menggerakkan segenap potensi positif dalam diri kita. Tentu dengan syarat bahwa kita telah mengetahui adanya kelemahan-kelemahan pada diri kita. Potensi untuk memperbaiki diri hanya bisa digerakkan dengan niat yang tulus.
Allah Swt. telah menyediakan sarana-sarana berupa potensi perbaikan diri tersebut. Namun, sarana-sarana itu tidak dapat digunakan tanpa dibarengi niat (tekad) untuk mengubah diri. Niat yang tulus akan menuntun kita pada perjalanan ruhani menuju Allah Swt. Inilah perjalanan yang merupakan tahapan-tahapan menuju perbaikan kualitas diri dari hari ke hari dan masa ke masa.
Kebaikan dalam diri kita bisa dilihat secara kasat mata melalui jasad dan akal. Potensi jasad dan akal yang tampak lahiriah sebenarnya digerakkan oleh potensi hati atau kalbu. Jadi, kalbu yang bersih akan menampakkan fisik dan pikiran yang bersih pula. Jasad dan akal hanya akan menuju pada suatu kebaikan jika dikendalikan oleh kalbu yang bersih yang membuat perbuatan kita menjadi bernilai dan berkualitas.
2. Fokuskan pada diri sendiri
Kebaikan bisa dicontohkan atau ditularkan dari atau kepada orang lain. Namun, kebaikan akan menjadi efektif merasuk pada diri manakala berpangkal pada diri kita sendiri. Ungkapan yang cocok dengan ini bahwa sebaiknya kita mengurusi diri sendiri sebelum mencoba mengurusi orang lain.
Keinginan kuat atau kerinduan melihat sebuah kebaikan agar terjadi di lingkungan kita akan memotivasi diri untuk menebarkan kebaikan dari dalam diri kita. Kita tidak akan sungkan melakukan pembersihan jika melihat kekotoran di sekeliling. Kita dengan senang hati menciptakan suasana yang membuat orang lain berbahagia, apakah itu tersenyum, menolong, dan berupaya memberikan solusi. Pada akhirnya, akan terkondisikan keadaan yang dalam hal ini diri kita menjadi pusat kebaikan dan solusi bagi orang-orang di sekeliling kita.

3. Ubahlah persepsi
Persepsi adalah cara pandang kita terhadap potensi-potensi diri kita. Karena itu, jika kita mempersepsikan diri kita selalu gagal dan tidak bisa diperbaiki, sampai kapan pun kita tidak akan pernah sukses.
Dalam konsep manajemen kalbu pengubahan persepsi harus dimulai dengan mengukurnya pada kedalaman hati (nurani). Seseorang akan efektif mengubah persepsinya kalau ia menggunakan sarana kolbunya yang menuju kepada Allah Swt. akan berbicara bahwa pada dasarnya manusia memiliki sisi baik. Manusia bisa mengubah dirinya menuju kebaikan jika ia menghidupkan sisi baik dan mematikan sisi buruknya. Jadi, harus ada persepsi bahwa kita bisa menjadi lebih baik, kita bisa menjadi sukses, dan Allah Swt. senantiasa akan menolong hamba-Nya yang tulus bermunajat kepada-Nya. Persepsi inilah yang akan senantiasa menghidupkan motivasi dan keinginan kita menjadi manusia berprestasi. ***

BAHAYA MEROKOK

TUGAS BIMBINGAN KONSELING KELAS VIII
1. Apa yang kalian pikirkan tentang rokok?uraikan menurut bahasa anda sendiri!
2. Apakah kalian pernah merasakan rokok?jika pernah apa alasan anda melakukan hal tersebut!
3. Kandungan apa saja yang ada pada rokok?
4. Apa dampak rokok bagi perokok pasif?
5. Apa dampak rokok bagi perokok aktif?
6. Apa penyebab seorang menjadi perokok aktif?
7. Usaha apa yang anda lakukan untuk menghindari hal tersebut?

Kamis, 04 November 2010

KENAKALAN REMAJA

Tugas Bimbingan Konseling kelas VII
Dari gambar yang terlihat disamping coba diskusikan dalam kelompok
1. Gambar apa yang anda lihat di samping? uraikan pengertian peristiwa disamping menurut pendapat kalian?
2. Bagaimana menurut anda tentang peristiwa yang terjadi pada gambar!!
3. Apakah anda sebagai peserta didik mempunyai keinginan untuk melakukan perilaku/tindakan yang serupa?jika iya berikan alasanya dan jika tidak juga berikan alasannya!
4. Apa penyebab terjadinya peristiwa disamping?
5. Langkah-langkah apa yang bisa diambil untuk terhindar dari perilaku kenakalan remaja disamping!